Dalam dunia penerbangan,khususnya jasa angkutan udara niaga menghadapi dua hal yang harus sama-sama dipenuhi.Pertama dari aspek kinerja keselamtan yang harus menjadi perhatian semua pihak terkait,tidak saja internal perusahaan penerbangan , tapi juga dukungan total dari pengelolaan bandara , sistem sistm nafigasi dan komunikasi penerbangan, perusahaan ground handling,perusahaan pengiriman barang bengkel perawatan dan perbaikan pesawat,dan lain-lain. ke dua kinerja produksi yang tercermin dari kapasitas tersedia (load faktor), jadwal penerbangan,ruang kabin pesawat yang ergonomis, pelayanan sebelum,selama, dan sesudah penerbangan yang baik,harga yang di tawarkan,sistem dan prosedur pembayaran,sistem reservasi dan tiketing dan lain-lain. dalam konteks ini airlines harus mampu membuat keseimbangan antara kinerja keselamatan dengan kinerja produksi atau pendapatan,supaya kelangsungan hidup perusahaan tetap terjamin.
Untuk samapi ke taraf keseimbangan antara kinerja keselamatan dan kinerja produksi,maka seluruh stake holders penerbangan,utama nya para pelaku bisnis penerbangan harus secar terus menerus membangun dan mengembangkan empat budaya pokok SOTSE,sebagai pilar penyangga keberlangsungaanbisnis penerbangan. keempat budaya tersebut atau tepat nya keempat kinerja pokok tersebut harus menjadi nafas dalam keseharian menjalankan bisnis manajemen penerbangan,sehingga menjadi budaya yang melekat menjadi satu paket menuju penerbangan nasional yang propesional dan bermatabat. keempat budaya tersebut adalah budaya selamat,kedua budaya tepat waktu,ketiga budaya pelayanan,dan keempat budaya efisien.
Bila budaya SOTSE ini sudah tertanam dengan baik,maka ke depan bisa di kembangkan menjadi kriteria atau parameter untuk penilaian atau efaluasi kinerja airlines nasional.
nama : Hana Ronyka Manalu - Ellysabeth Dwi Yuniar
Tidak ada komentar:
Posting Komentar