Sabtu, 22 Januari 2011

Manajemen Transportasi Udara



Dengan kemajuan teknologi sebagai tools perusahaan dalam bidang Sistem Informasi Sistem Informasi Manajemen di era digitalisasi saat ini merupakan tuntutan setiap perusahaan penerbangan untuk meningkatkan pelayanan baik preflight, inflight, maupun post flight services terhadap para penumpang dengan cara percepatan informasi sehingga dapat memudahkan dalam pelayanan terhadap calon penumpang dan dapatmeminimize waktu respon terhadap layanan pelanggan.
Teknologi Informasi juga mampu melakukan efisiensi di berbagai bidang antara lain penghematan penggunaan kertas (paperless), tiket (ticketless), namun dapat menjangkau channel distribusi yang lebih luas, misalnya penggunaan teknologi e-commerce dan SMS booking atau WAP booking yang termasuk teknologi Mobile.
Pemanfaatan teknologi juga mampu minimize jumlah SDM karena banyak pekerjaan rutinitas dapat digantikan oleh system aplikasi di komputer. Oleh karena itu menjadi tantangan perubahan bagi manajemen perusahaan penerbangan yang selalu dituntut untuk memenuhi segala macam penghematan biaya perusahaan melalui inovasi teknologi informasi, dan perubahan ini sejalan akibat didorong oleh pesatnya perkembangan teknologi informasi dibidang airlines dewasa ini.

Bandara pada zaman sekarang tidak saja sebagai tempat berangkat dan mendaratnya pesawat, naik turunnya penumpang, barang (kargo) dan pos, namun bandara telah menjadi suatu kawasan yang begitu penting dalam mendorong pertumbuhan ekonomi dan pembangunan wilayah disekitar, karena itu penataan ruang dan kawasan menjadi sangat penting bagi daerah-daerah disekitar bandara.

Pengelolaan bandara merupakan salah satu unsur yang menarik dan perlu diperhatikan. Bandara sebagai penghubung antara dunia internasional dengan dalam negeri merupakan hal yang wajib dikelola secara professional. Bandara / bandar udara mencakup suatu kumpulan aneka kegiatan yang luas dengan berbagai kebutuhan yang berbeda dan sering bertentangan. Bandara merupakan terminal tentunya.

Definisi terminal adalah suatu simpul dalam sistem jaringan perangkutan. Oleh karena itu bandara dapat kita samakan dengan terminal, yang mempunyai fungsi pokok sebagai tempat :
1. Sebagai pengendali dan mengatur lalu lintas angkutan udara dalam hal ini adalah pesawat.
2. Sebagai tempat pergantian moda bagi penumpang.
3. Sebagai tempat naik atau turun penumpang dan bongkar muat barang/muatan.
4. Sebagai tempat operasi berbagai jasa seperti: perdagangan, fasilitas umum, fasilitas sosial, fasilitas transit, promosi, dan lain-lain.
5.  Sebagai elemen tata ruang wilayah, yakni titik tumbuh dalam perkembangan wilayah.

Dalam melakukan pengelolaan bandara yang baik tentunya harus didasarkan pada usaha yang efektif dan efisien. Efektif dan Efisien adalah dua konsepsi utama untuk mengukur kinerja pengelolaan / manajemen.
a.    Definisi efektif adalah kemampuan untuk memilih tujuan yang tepat atau peralatan yang tepat untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Selain itu juga dapat disamakan dengan memilih pekerjaan yang harus dilakukan atau cara/metoda yang tepat untuk mencapai tujuan. Efektif ini dalam pengelolaan bandara dalam diterjemahkan dalam usaha berikut ini :
1. Kapasitas Mencukupi. Dalam artian prasarana dan sarana cukup tersedia untuk memenuhi kebutuhan pengguna jasa.
2. Terpadu. Dalam artian antarmoda dan intramoda dalam jaringan pelayanan saling berkaitan dan terpadu.
3. Cepat dan Lancar. Dalam artian penyelenggaraan layanan angkutan dalam waktu singkat, dengan indikasi kecepatan arus per satuan waktu.
b.    Definisi efisien adalah kemampuan menyelesaikan pekerjaan dengan benar, memperoleh keluaran (hasil, produktivitas, kinerja) yang lebih tinggi daripada masukan (tenaga kerja, bahan, uang, mesin, dan waktu) yang digunakan meminimumkan biaya penggunaan sumber daya untuk mencapai keluaran yang telah ditentukan, atau memaksimumkan keluaran dengan jumlah masukan terbatas.
Efisien ini dalam pengelolaan bandara dalam diterjemahkan dalam usaha berikut ini:
1. Biaya terjangkau. Dalam artian penyediaan layanan angkutan sesuai dengan tingkat daya beli masyarakat pada umumnya dengan tetap memperhatikan kelangsungan hidup usaha layanan jasa angkutan.
2. Beban publik rendah. Artinya pengorbanan yang harus ditanggung oleh masyarakat sebagai konsekuensi dari pengoperasian sistem perangkutan harus minimum, misalnya: tingkat pencemaran lingkungan.
3. Memiliki kemanfaatan yang tinggi. Dalam artian tingkat penggunaan prasarana dan sarana optimum, misalnya: tingkat muatan penumpang dan/atau barang maksimum.

Selain itu juga ada faktor lain yang mempengaruhi juga untuk mengukur kinerja pengelolaan / manajemen agar berkualitas baik yaitu ke-andalan bandara tersebut.

Definisi andal adalah pelayanan yang dapat dipercaya, tangguh melakukan pelayanan sesuai dengan penawaran atau “janji”-nya dan harapan/ tuntutan konsumen.
Andal ini dalam pengelolaan bandara dalam diterjemahkan dalam usaha berikut ini :
1. Tertib. Dalam artian penyelenggaraan angkutan yang sesuai dengan peraturan perundang-undangan dan norma yang berlaku di masyarakat.
2. Tepat dan Teratur. Berarti dapat diandalkan, tangguh, sesuai dengan jadwal dan ada kepastian.
3. Aman dan Nyaman. Dalam artian selamat terhindar dari kecelakaan, bebas dari gangguan baik eksternal maupun internal, terwujud ketenangan dan kenikmatan dalam perjalanan.

Bandara sebagai suatu simpul dari suatu sistem transportasi udara dewasa ini memiliki peran yang sangat penting sebagai salah satu pintu gerbang negara dari negara lain. Selain itu juga bandara merupakan salah satu infrastruktur transportasi yang wajib ada dalam setiap negara ini sangat berperan dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi karena setiap waktu terjadi pergerakan lalu-lintas pesawat yang datang dan pergi ke atau dari sebuah bandar udara baik dari dalam maupun luar negeri, yang meliputi data pesawat, data penumpang, data barang angkutan berupa cargo, pos dan bagasi penumpang yang tentunya hal ini berarti terjadi aktivitas ekonomi.

Pengelolaan dan pemeliharaan infrastruktur bandara tentunya hal yang mutlak dan wajib dilakukan oleh operator bandara agar terjadi kelancaran dalam kegiatan yang berlangsung dibandara tersebut. Hal yang perlu dicermati adalah cara pengelolaan bandara tersebut harus sesuai dengan prinsip-prinsip manajemen dalam pengelolaan dan pemeliharaan yaitu efektifitas, efisien, dan andal.  Dimana dengan menerapkan hal tersebut, maka bandara tersebut agar sesuai kualitasnya dengan standar internasional.

Bandara dewasa ini memiliki peran sebagai front input dari suatu rantai nilai transportasi udara, dituntut adanya suatu manajemen pengelolaan barang maupun manusia yang aman, efektif, dan efisien sesuai standar yang berlaku secara internasional. Oleh karena itu sangat dituntut adanya kebijakan umum yang sanggup menjamin terwujudnya tata manajemen bandara yang paling efisien, efektif dan andal dalam pengelolaannya.

Selasa, 18 Januari 2011

MANAJEMEN PERENCANAAN BANDAR UDARA

A. Pengertian bandar udara adalah lapangan terbang yang dipergunakan untuk mendarat dan lepas landas pesawat udara, naik turun penumpang, dan / atau bongkar muat kargo dan / atau pos, serat dilengkapi dengan fasilitas keselamatan penerbangan dan sebagai tempat perpindahan antarmoda transportasi.

Fungsi bandar udara dalam paradigma baru adalah sebagai berikut :
1. Memberi fasilitas pesawat terbang mendarat dan tinggal landas.
2. Tempat pemindahan moda transportasi dari darat ke udara.
3. Sebagai pusat kegiatan ekonomi wilayah dan pusat.

Bandar udara sebagai salah satu sub sistem transportasi udara pengelolaannya terkait pada prinsip-prinsip penyelenggaraan bandar udara dengan tugas utama meliputi :
1. Memberikan pelayanan kepada pengguna jasa.
2. Merawat fasilitas yang ada, sehingga tingkat pelayanan dapat terjaga ( siap dioperasikan )

Terdapat 3 komponen utama sub sistem transportasi udara yang berinteraksi antara lain :
1. Bandar udara.
2. Maskapai Penerbangan ( Airline ).
3. pengguna jasa angkutan udara ( Penumpang ).

B. Pengembangan Bandar Udara
Kebijakan pengembangan bandar udara memerlukan beberapa pertimbangan baik teknis, operasional, politis, dan ekonomi, serta keuangan.
1. Pertimbangan teknis meliputi peralatan yang dibutuhkan baik peralatan untuk penunjang bandar udara maupun peralatan penunjang penerbangan.
2. Pertimbangan operasional meliputi pertumbuhan permintaan penumpang ( growth in demand ).
3. Pertimbangan politis meliputi kondisi stabilitas negara sangat mempengaruhi pertumbuhan permintaan.
4. Pertimbangan ekonomi dan keuangan meliputi sumber pembiayaan pengembangan bandar udara baik berupa pinjaman dari luar negeri maupun berasal dari dalam negeri, adanya pertumbuhan ekonomi per kapita penduduk yang pada gilirannya meningkatkan permintaan jasa angkutan udara.

Pengembangan bandar udara sangat diperlukan dalam rangka meningkatkan pelayanan kepada para penumpang jasa bandar udara, jika keputusan pengembangan tidak segera tidak dilakukan berpotensi antara lain :
1. Kepadatan bandar udara mengakibatkan berkurangnya tingkat pelayanan penggunaan jasa bandar udara.
2. Mengakibatkan INEFFICIENCY dan menambah biaya operasional bagi airline.
3. Menyulitkan pengaturan operasional penerbangan baik di darat maupun di udara.

C. Sumber Dana Pengembangan dan Pembangunan
1. Sumber internal
Pembangunan dan Pengembangan bandar udara memerlukan biaya yang sangat besar dan memerlukan pengkajian yang mendalam guna menetapkan tata letak lokasi dan penyiapan lahan. Di negara maju pembangunan dan pengembangan banar udara telah melibatkan pihak swasta dengan penjualan saham, privatiasi maupun bekerja sama dengan pemerintah daerah setempat maupun perusahaan penerbangan. Di Indonesia pembangunan bandar udara di lakukan oleh pemerintah namun seiring keterbatasan dan prioritas pembangunan, pemerintah memberikan kepada pengelola bandara untuk mendanai sendiri pembangunan bandar udara .
2. Sumber eksternal
Sumber pembiayaan pembangunan maupun pengembangan bandar udara bersumber dari pengelola maka pemerintah bekerja sama dengan pihak donatur ( Jepang/JICA dan ADP/Prancis ) telah membangun beberapa bandar udara di Indonesia untuk meningkatkan pelayanan dan keselamatan penerbangan. Pendanaan dari eksternal untuk pembangunan bandar udara tetap harus ada dana pendamping oleh pemerintah.

Pendapatan Bandar Udara
Bandar udara dalam pengoperasiannya memerlukan biaya yang sangat tinggi dalam menjaga safety, security, service, dan compliance. Agar pengguna jasa dapat lancar, cepat, aman sampai sampai tujuan. pengelolaan bandar udara di dukung sumber dana yang memadai, pemerintah membentuk Badan Usaha Milik Negara atau BUMN yang mengelola jasa penerbangan, navigasi udara, dan jasa bandar udara. Pendapatan di kelompokan sebagai pendapatan jasa penerbangan dan navigasi penerbangan ( pendapatan aeronautika ), dan jasa penunjang kebandarudaraan ( pendapatan non-aeronautika).

D. Perencanaan Bandar Udara
Di dalam perencanaan bandar udara harus mempertimbangkan semua kendala dan kesempatan yang meliputi aspek :
1. Teknik dan Operasional
2. Peraturan ( regulasi )
3. Keuangan ( financial )

Di dalam perencanaan bandar udara sangat ditentukan oleh besarnya ukuran dan performa pesawat yang akan mendarat, guna menentukan panjang dan kekuatan landas pacu.

Proses Perencanaan Bandar Udara :
1. Pendapat pelanggan dan komunitas penerbangan
2. Ramalan permintaan
3. Volume Air Traffic
4. Peneliti kebutuhan fasilitas
5. Penelitian amdal
6. Desain fasilitas terminal

Jenis usaha di banar udara :
- Pelayanan jasa penunjang kegiatan penerbangan
- Pelayanan jasa penunjang kegiatan bandar udara

E. Penetapan Lokasi Bandar Udara dan Dampak Lingkungan
Penetapan lokasi suatu bandar udara didasarkan atas beberapa aspek antara lain :
1. Aspek Ekonomi
2. Aspek Sosial Budaya
3. Aspek Lingkungan
4. Aspek Ketersediaan Aksesbilitas
5. Aspek Status Lahan
Aspek-aspek tersebut sangat mempengaruhi penetapan lahan suatu bandar udara, mengingat keberadaan bandar udara akan menimbulkan dampak sosial, ekonomi bagi masyarakat sekitarnya.

Beberapa pertimbangan dalam penetapan luas lahan dan lokasi antara lain :
1. Pertumbuhan Traffic Pesawat ( Air Traffic Growth )
2. Pertumbuhan Penumpang ( Passenger Growth )
3. Pertumbuhan Surat-surat Lewat Udara ( Mail Growth )
4. Pertumbuhan Ekonomi Daerah
5. Pertumbuhan Ekonomi Nasional
6. Kondisi Keamanan Wilayah dan Negara
7. Stabilitas Politik dan Keamanan
8. Ketersediaan Lahan untuk Pengembangan

F. Dampak Perekonomian Terhadap Keberadaan Bandar Udara
1. Pertumbuhan Ekonomi Wilayah Sekitar Bandar Udara
2. Pertumbuhan Wilayah Kota dan Propinsi
3.Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Negara


NAMA  : Harry Irawan
NIM      : 243110022
KELAS : D3 Ground Handling

BANDARA HALIM PERDANA KUSUMA


Sejarah
Abdul Halim Perdanakusuma (lahir di Sampang, 18 November 1922 – meninggal di Malaysia, 14 Desember 1947 pada umur 25 tahun) adalah seorang pahlawan nasional Indonesia. Ia meninggal dunia saat menjalankan tugas semasa perang Indonesia - Belanda di Sumatera, yaitu ketika ditugaskan membeli dan mengangkut perlengkapan senjata dengan pesawat terbang dari Thailand.
Semasa perang mempertahankan kemerdekaan Indonesia melawan penjajah Belanda di Sumatera pada tahun 1948, Halim Perdanakusuma dan Marsma Ismayudi ditugaskan membeli perlengkapan senjata di Thailand. Keduanya ditugaskan dengan pesawat terbang jenis Anderson. Pesawat terbang itu dipenuhi dengan berbagai senjata api, diantaranya karabin, stun gun, pistol dan bom tangan.
Dalam perjalanan pulang, pesawat terbang tersebut jatuh. Tidak diketahui penyebabnya, namun diduga karena cuaca buruk atau karena ditembak (disabotase). Bangkai pesawat terbang tersebut ditemukan di sebuah hutan berdekatan dengan kota Lumut, Perak, Malaysia (ketika itu masih bernama Uni Malaya). Namun tim penyelamat hanya menemukan jasad Halim, sementara jasad Ismayudi tidak diketemukan dan tidak diketahui nasibnya hingga sekarang. Begitu juga dengan berbagai perlengkapan senjata api yang mereka beli di Thailand, tidak diketahui kemana rimbanya.
Jasad Halim kemudian sempat dikebumikan di kampung Gunung Mesah, tidak jauh dari Gopeng, Perak, Malaysia. Pusat data Tokoh Indonesia mencatat, di daerah Gunung Mesah itu banyak bermukim penduduk keturunan Sumatera. Beberapa tahun kemudian, kuburan Halim digali dan jasadnya dibawa ke Jakarta dan dimakamkan kembali di Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta.
Ketika Perjanjian Haadyai antara Malaysia dengan Partai Komunis Malaya diadakan pada tahun 1989, seorang Indonesia turut muncul dalam gencatan senjata tersebut. Seorang penulis nasionalis Malaysia, Ishak Haji Muhammad (Pak Sako), menduga komunis warga Indonesia tersebut ialah Ismayudi


KRI Abdul Halim Perdanakusuma
Pemerintah Indonesia memberi penghormatan atas jasa dan perjuangan Halim, dengan menganugerahkan gelar Pahlawan Nasional dan mengabadikan namanya pada Bandara Halim Perdana Kusuma di Jakarta. Pemerintah juga mengabadikan namanya pada kapal perang KRI Abdul Halim Perdanakusuma.

Pada masa perang kemerdekaan, Halim Perdanakusuma dan Opsir Iswahyudi mendapat tugas untuk membawa pesawat tempur yang baru dibeli. Pesawat itu sendiri berada di Muangthai (Thailand). Untuk mempelajari pesawat tempur yang sebelumnya merupakan pesawat angkutan itu, Halim hanya membutuhkan waktu selama kurang lebih 5 hari. Tapi dalam buku sejarah yang dikeluarkan Mabes TNI AU itu, tidak tersebutkan negara mana yang membuat pesawat tersebut.
Dari Thailand pesawat menuju ke Indonesia. Namun malang, pesawat itu tak kunjung sampai. Diperkirakan, pesawat itu terjatuh di kawasan pantai selat Malaka. Tak lama kemudian, nelayan menemukan sosok mayak yang terdampar di kawasan pantai. Dan saat itu kodisi jenazah sangat sulit diidentifikasi. Namun akhirnya jenazah itu diduga merupakan jenazah Halim Perdanakusuma. Sedangkan jenazah Iswahyudi hingga kini belum diketemukan.
Sebagai tanda penghargaan, keduanya dijadikan pahlawan nasional Indonesia dan nama Halim Perdanakusuma diabadikan sebagai Bandara Pangkalan TNI AU di Jakarta Timur sedangkan Iswahyudi diabadikan sebagai Pangkalan TNI AU di Madiun.

Bandara Halim Perdanakusuma (Bahasa Indonesia: Bandar Udara Halim Perdanakusuma) (IATA: HLP, ICAO: WIHH) terletak di Jakarta Timur di ibukota Indonesia Jakarta, [1] dan merupakan bandara utama kota itu sampai pembukaan Soekarno-Hatta International Airport di Tangerang pada tahun 1985. Sampai saat itu, itu melayani semua rute internasional menuju Jakarta. Bandara ini mengambil nama dari Halim Perdanakoesoema, seorang penerbang Indonesia yang menjadi hilang dalam badai di Selat Malaka ketika kembali dari India bersama temannya, Iswahjoedi, pada tahun 1947. Bandara sekarang rumah bagi sejumlah besar turboprop, piagam dan perusahaan penerbangan umum. Ini juga merupakan kekuatan pangkalan udara utama Angkatan Udara Indonesia dan merupakan rumah bagi sebagian besar skuadron utama seperti skuadron udara 31 dan skuadron udara 17 VIP. Pada tahun 1960, bandara itu juga dikenal sebagai Halim Perdana Kusumah Air Force Base, dan sebelum itu dikenal sebagai Tjililitan Airport, borough di mana ia berada. Bandara ini sekarang digunakan untuk tujuan militer, swasta dan presiden saja. Pejabat pemerintah juga diperbolehkan untuk menggunakannya. Pada tahun 2007, Presiden George W. Bush mendarat di bandara ini pada kunjungannya ke Indonesia. mobil jenazah Mantan Presiden Indonesia Soeharto diterbangkan ke Solo di Jawa Tengah pada tanggal 28 Januari 2008.

Airport Code : HLP
Airport Name : Halim Perdana Kusuma
Runway Length : 9843 ft.
Runway Elevation : 85 ft.
City : Jakarta
Country : Indonesia
Country Abbrev. : ID
Airport Guide : Unavailable
Longitude : 106° 53’ 0” E
Latitude : 6° 16’ 0” S
World Area Code : 832
GMT Offset : -7.0

Jakarta, Halim, Java, Indonesia, Room 244, 2nd Floor, Terminal Building, Bandara Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur 13610, Indonesia
Tel: +62 (0)21 8089 9599, +62 (0)21 809 1108, +62 (0)21 809 0913
Fax: +62 (0)21 809 3351
Website: www.ankasapura2.co.id
AFTN: WIIHPAPX
Managing Director: S Hernawan +62 (0)21 800 9725
Operations Director: Hendarto Suhendro +62 (0)21 809 7239
Finance Manager: Kartun Wibowo +62 (0)21 809 7240
Marketing Manager: Yon Sugiono +62 (0)21 8089 9235 Ext 237/3
Cargo Manager: Ahmad Kurnia +62 (0)21 8089 9237
Passenger Manager: Sitri Ismanto +62 (0)21 8089 9215
Air Traffic Controller: Amir Syarifuddin +62 (0)21 8089 9274
Public Relations Manager: Alie Fikry +62 (0)21 8089 9275
Security Manager: Neadiran Sudirman +62 (0)21 809 1108 Ext 234/369

Airport Data: International, Jakarta 5km (3miles), Position 06°15´00"S, 106°53´28"E, Elevation 26m (85ft), 24 hours

Customs Tel: +62 (0)21 809 2548, +62 (0)21 809 3619
Customs Hours: 24 hours
Contact: Mr Supriyanto

Traffic 2002 2003 2004 2005
Passenger throughput 260 824 338 360 390 677 329 052
Cargo handled (tonnes) 2 749 3 669 5 389 5 942
Cargo handled (1000s lbs) 6 060 8 088 11 880 13 099
Aircraft movements 34 189 30 635 35 214 32 203

Airfield Data: Fire Category 9
Emergency Services: Medevac
Navigational Aids: RADAR, SSR, NDB, VOR-DME, DGPS
Runway 1: Heading 06/24, 3 000m (9 842ft), 86/F/C/X/T, ICAO Cat. 1, Aircraft size max: B747-200, ILS, Lighting

Airlines Serving Airport: ANA, Garuda Indonesia, Mandala Airlines

Cargo Facilities: Capacity 1 576tonnes (3 474,000lbs), Warehouse 1 054m² (11 345sq ft), Transit Zone, Domestic Cargo Only, Free Port/Foreign Trade Zone, EU Border Post, Aircraft Maintenance, Mechanical Handling, Heated Storage, Air-Conditioned Storage, Animal Quarantine, Health Officials, X-Ray Equipment, Security for Valuables
Cargo Handling Agents:PT Cardig Air

Passenger Facilities: Post Office, Bank, Restaurants, Cafeterias, Bars, VIP Lounge, Gift Shop, Travel Agent, Tourist Help Desk, Taxi Service/Rank, First Aid

created by :
M. RIYADI
M. SURYA ADI PUTRA

Bandar Udara Internasional Polonia (Polonia International Airport)




Bandara Internasional Polonia (kode IATA: MES; kode ICAO: WIMM) adalah sebuah bandar udara internasional yang terletak sekitar 2 km dari pusat kota Medan, Indonesia. Bandara ini melayani penerbangan ke kota-kota besar di Indonesia seperti Jakarta, Batam, dan ke Malaysia (Kuala Lumpur, Penang, Ipoh) dan ke Singapura. Dihitung dari jumlah arus penumpang, Polonia adalah bandara terbesar keempat di Indonesia setelah Soekarno-Hatta, Juanda, dan Ngurah Rai.Sejarah
Fokker F.VII di lapangan terbang Medan (sekitar tahun 1940)

Nama Polonia berasal dari nama negara asal para pembangunnya, Polandia (Polonia merupakan nama "Polandia" dalam bahasa Latin). Sebelum menjadi bandar udara, kawasan tersebut merupakan lahan perkebunan milik orang Polandia bernama Baron Michalsky. Tahun 1872 dia mendapat konsesi dari Pemerintah Belanda untuk membuka perkebunan tembakau di Sumatra Timur di daerah Medan. Kemudian dia menamakan daerah itu dengan nama Polonia, sebuah daerah di negeri kelahirannya.

Tahun 1879 karena suatu hal, konsesi atas tanah perkebunan itu berpindah tangan kepada Deli Maatschappij (Deli MIJ) atau NV Deli Maskapai. Tahun itu terdapat kabar pionir penerbang bangsa Belanda van der Hoop akan menerbangkan pesawat kecilnya Fokker dari Eropa ke wilayah Hindia Belanda dalam waktu 20 jam terbang. Maka Deli MIJ yang memegang konsesi atas tanah itu, menyediakan sebidang lahan untuk diserahkan sebagai lapangan terbang pertama di Medan.

Pada tahun 1924, setelah berita pertama tentang kedatangan pesawat udara itu tidak terdengar, maka rencana kedatangan pesawat udara kembali terdengar. Mengingat waktu itu sangat pendek, persiapan untuk lapangan terbang tidak dapat dikejar, akhirnya pesawat kecil yang diawaki van der Hoop yang menumpangi pesawat Fokker, bersama VN Poelman dan van der Broeke mendarat di lapangan pacuan kuda yakni Deli Renvereeniging, disambut Sultan Deli Sulaiman Syariful Alamsyah.

Setelah pesawat pertama mendarat di Medan, maka Asisten Residen Sumatera Timur Mr. CS Van Kempen mendesak pemerintah Hindia Belanda di Batavia, agar mempercepat dropping dana untuk menyelesaikan pembangunan lapangan terbang Polonia. Pada 1928 lapangan terbang Polonia dibuka secara resmi, ditandai dengan mendaratnya enam pesawat udara milik KNILM, anak perusahaan KLM, pada landasan yang masih darurat, berupa tanah yang dikeraskan. Mulai tahun 1930, perusahaan penerbangan Belanda KLM serta anak perusahaannya KNILM membuka jaringan penerbangan ke Medan secara berkala. Pada tahun 1936 lapangan terbang Polonia untuk pertama kalinya melakukan perbaikan yaitu pembuatan landasan pacu (runway) sepanjang 600 meter.

Pada tahun 1975, berdasarkan keputusan bersama Departemen Pertahanan dan Keamanan, Departemen Perhubungan dan Departemen Keuangan, pengelolaan pelabuhan udara Polonia menjadi hak pengelolaan bersama antara Pangkalan Udara AURI dan Pelabuhan Udara Sipil. Dan mulai 1985 berdasarkan Peraturan Pemerintah No 30 Tahun 1985, pengelolaan pelabuhan udara Polonia diserahkan kepada Perum Angkasa Pura yang selanjutnya mulai 1 Januari 1994 menjadi PT. Angkasa Pura II (Persero).

Data dan statistik
Perkembangan muatan penumpang di Polonia
Bandara Polonia mempunyai luas sebesar 144 hektar. Panjang landasan pacu saat ini adalah 2.900 meter, sementara yang dapat digunakan sepanjang 2.625 meter (sehingga terdapat displaced threshold sebesar 275 meter). Hal ini terjadi karena banyaknya benda yang menghalang di sekitar tempat lepas landas dan mendarat. Polonia juga memiliki 4 taxiway dan apron seluas 81.455 meter. Polonia dirancang untuk dapat memuat maksimum sekitar 900.000 penumpang.

Dari tahun ke tahun arus penumpang Polonia cenderung mengalami peningkatan antara 15 hingga 20 persen. Pada tahun 2003, arus penumpang mencapai sebesar 2.736.332 orang, naik dari 2.090.519 orang pada tahun sebelumnya.[8] Jumlah pergerakan pesawat adalah 36.359 pada tahun 2003, naik dari 29.894 pada tahun 2002. Tercatat ada 13.713 penerbangan domestik dan 4.387 penerbangan internasional dari Polonia pada 1998. Pada 2004 jumlahnya telah mencapai 35.100 penerbangan domestik dan 8.266 penerbangan internasional.

Dari segi jumlah penerbangan, pada 1998 terdapat 56 penerbangan dalam sehari, namun pada tahun 2005 telah meningkat antara 125 hingga melebihi 150 penerbangan perhari, dengan penumpang lebih kurang 3,8 juta orang pertahun, baik domestik dan internasional.

Di bidang transportasi barang, pada tahun 2005 pergerakan kargo di Polonia mencapai 31.347 ton.

Terminal
Terdapat dua terminal penumpang di Polonia, satu terminal keberangkatan dan satu untuk kedatangan, dan jika ditotal luasnya mencapai 13.811 meter². Keduanya juga masing-masing dibagi untuk penerbangan domestik dan internasional. Terminal domestik Polonia mempunyai luas 7.941 meter² dan saat ini (laporan Januari 2006) menampung 1.810 orang yang datang bersamaan, sehingga setiap penumpang mempunyai luas 4m², kurang dari standar sebesar 14m² yang ditetapkan pemerintah. Mulai 1 Oktober 2006, menyusul peristiwa penyimpangan muatan barang di Bandara Soekarno-Hatta pada September 2006, dioperasikan pula sebuah terminal kargo satu pintu yang diharapkan dapat menertibkan pergerakan kargo dan mencegah terjadinya manipulasi muatan barang.

Kebakaran pada tahun 2006 dan 2007
Sebuah kebakaran menghanguskan seluruh dari terminal kedatangan internasional pada 9 Maret 2006, namun tidak ada korban jiwa dalam peristiwa tersebut. Sebab kebakaran diduga adalah arus pendek.Kebakaran kembali terjadi pada 1 Desember 2007 namun kali ini terjadi di terminal keberangkatan domestik. Hampir seluruh gedung terminal terbakar dalam peristiwa ini.

Pada 7 Mei 2008, Polonia kembali beroperasi penuh setelah terminal keberangkatan domestik baru selesai dibangun.

Masalah dengan letak dan masa depan
Akibat letaknya yang sangat dekat dengan pusat kota – sekitar 2 km – bandara ini menyebabkan bangunan-bangunan di Medan dibatasi jumlah tingkatnya. Dampak dari peraturan ini adalah sedikitnya jumlah bangunan tinggi di Medan. Selain itu, bandara ini juga diperkirakan sudah atau hampir melebihi kapasitasnya. Sejak pemberian izin penerbangan diringankan di Indonesia pada tahun 2000-an, jumlah penerbangan yang melayani Polonia meningkat tajam.
Bandara Polonia tidak mempunyai garbarata sehingga para penumpang harus berjalan melalui tarmac untuk mencapai pesawat.

Menurut rencana, bandara ini dalam beberapa tahun ke depan akan dipindahkan ke Kuala Namu, di Kabupaten Deli Serdang. Pada 29 Juni 2006, wakil presiden Indonesia, Jusuf Kalla, meresmikan pembangunan Bandara Kuala Namu. Setelah Kuala Namu mulai beroperasi, Polonia direncanakan akan dialihkan fungsinya menjadi sebuah central business district (CBD) serta 40% lahannya diperuntukkan bagi sebuah kebun raya.
Telah terjadi beberapa kecelakaan di Polonia atau di sekitarnya:

* 11 Juli 1979 - Fokker F28-100 milik Garuda Indonesia menabrak Gunung Pertektekan; 64 orang tewas.
* 4 April 1987 - Sebuah pesawat DC-9 milik Garuda Indonesia PK-GNQ jatuh dan terbakar di landasan bandara; 26 awak dan penumpang tewas serta 19 orang luka berat. Penyebabnya, saat berada di ketinggian 1.700 kaki menjelang mendarat, pesawat mengalami gangguan dalam cuaca buruk, hujan, kilat dan angin berkecepatan 4 knot.
* 20 September 1981 - DC-9 Porong Garuda mendarat darurat akibat kerusakan mesin. Sewaktu mendarat kedua ban belakang kiri pecah mengakibatkan pelek ban menghunjam landasan hingga sulit dipindahkan, namun 38 penumpang dan awaknya selamat.
* 20 November 1985 - Pesawat C-130H-MP Hercules milik TNI AU bernomor AI-1322 jatuh menjelang pendaratan setelah menabrak dinding pegunungan Sibayak, menewaskan 10 awaknya. Pesawat tersebut sedang melakukan patroli udara di Lanud Padang dan Lanud Medan.
* 30 Januari 1993 - Pesawat SC-7 Skyvan Pan Malaysia Air Transport beregistrasi 9M-PID, hilang 35 menit setelah lepas landas dari Polonia. Pesawat dengan 11 penumpang dan lima awak tersebut jatuh di kawasan hutan Aceh Timur.
* 26 September 1997 - Garuda Indonesia Penerbangan GA 152 jenis Airbus A300-B4-200 jatuh sekitar pukul 13.30 WIB di kawasan perladangan warga di Desa Buah Nabar, Kec. Sibolangit, Kab. Deli Serdang, sekitar 50 kilometer dari Medan, Indonesia; 222 penumpang dan 12 awak pesawat tewas. Penyebab jatuh diduga karena kesalahan petugas air traffic control (ATC) saat membimbing pilot Hance Rahmowiyogo keluar dari kabut asap 15 menit sebelum mencapai Bandara Polonia dalam penerbangannya dari Jakarta. Bukannya keluar dari kabut, pesawat justru menabrak perbukitan dan menewaskan seluruh penumpang dan awak, yakni 234 orang.
* 5 September 2005 - Boeing 737 milik Mandala Airlines dengan nomor penerbangan RI 091 jenis Boeing 737-200, jatuh di tengah jalan raya di Jalan Jamin Ginting, Padang Bulan, Medan, satu menit setelah lepas landas. Menelan korban 145 orang tewas termasuk Gubernur Sumut Rizal Nurdin.
* 1 Desember 2007 - Terminal keberangkatan domestik terbakar, menyebabkan aktivitas bandara terganggu



dibuat oleh :
vania adha mawistin
puspita sari mnr

BANDARA ADISUTJIPTO

Bandar Udara Adisutjipto, Yogyakarta

Bandara Adi Sutjipto adalah bandar udara yang terletak di Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Bandar udara ini dulu dinamakan Maguwo, sesuai dengan nama desa tempatnya berada (Maguwoharjo). Penggantian nama dilakukan setelah pesawat Dakota VT-CLA yang dikemudikan oleh Marsekal Muda Anumerta Agustinus Adisutjipto ditembak jatuh oleh pesawat Belanda tanggal 29 Juli 1947. Semula merupakan lapangan udara militer, namun penggunaannya diperluas untuk kepentingan sipil. Hingga sekarang masih terdapat bagian yang merupakan daerah tertutup (terbatas untuk kegiatan militer). Bandar udara ini juga merupakan bandar udara pendidikan Akademi Angkatan Udara dari TNI Angkatan Udara. Juga Skadron Pendidikan 101 (FFA AS-202-18A, T-41D) dan Skadron Pendidikan 102 (T-34C, KAI KT-1).

Luas bandara: 88,690 m², dengan dua landasan pacu. Sampai akhir tahun 2004, diperkirakan sudah lebih dari 2 juta penumpang setiap tahun yang dilayani. Terminal Baru, ATC Baru, Apron Baru, Taxiway Baru, dan Runway Baru dibangun pada 12 April 2007 dioperasikan pada 20 Maret 2010.


Kode Bandara :
IATA
:
JOG
ICAO
:
WARJ

Penerbangan Internasional

Bandara Adisucipto menjelma menjadi bandara internasional pada tanggal 21 Februari 2004. Pada saat itu, Garuda Indonesia mengoperasikan rute Yogyakarta - Kuala Lumpur. Sebulan selanjutnya, giliran Singapura yang dikunjungi oleh Garuda Indonesia. Sekitar bulan November 2006, Garuda Indonesia menghentikan rute - rute internasional.

Tetapi pada tanggal 30 Januari 2008, penerbangan internasional dilanjutkan kembali dengan menghadirkan Air Asia yang mengoperasikan Airbus A320 dengan rute Yogyakarta - Kuala Lumpur. Sejak 1 Februari 2008, Malaysia Airlines turut datang ke Yogyakarta dengan mengoperasikan Boeing 737-400.

Bulan April 2008, Air Asia membuat rute Yogyakarta - Kuala Lumpur menjadi setiap hari. Dan tanggal 16 Desember 2008, Garuda Indonesia kembali melayani rute Yogyakarta - Singapore mulai pukul 18.00 WIB, setiap hari Selasa, Kamis, dan Sabtu.




PENGERTIAN BANDAR UDARA:


Bandar udara atau bandara adalah lapangan terbang yang digunakan untuk lepas landas atau mendarat pesawat udara, manaikkan atau menurunkan penumpang dan memuat atau membongkar kargo atau pos, serta dilengkapi dengan fasilitas keselamatan penerbangan dan sebagai tempat perpindahan antar moda transportasi.

Bagian-bagian dari Bandara :
  1. Land side atau sisi darat (Ground Service)
Bagian-bagian atau daerah yang termasuk dalam land side yaitu :
  1. Airport Access (Jalan Masuk Bandara)
  2. Parking Lot (Taman Parkir)
  3. Taman sekitar parker kendaraan
  4. Air Side atau sisi udara
Daerah yang termasuk dalam air side adalah :
  1. Runway yaitu tempat take off dan Landing pesawat
  2. Taxiway yaitu tempat yang menghubungkan antara Apron dengan runway
  3. Apron yaitu tempat parker pesawat
  4. Terminal (penumpang dan cargo)
  5. Air space (Ruang Udara)
Suatu Bandar udara, pasti akan memberikan layanan-layanan langsung, baik yang bersifat Non Commercial maupun Commercial.
  • Layanan Langsung Non Komersial
  1. Porter atau Porlap
  2. Informasi penerbangan dan umum
  3. Trolley
  4. Ruang penyimpanan barang hilang
  5. Tanda-tanda petunjuk
  6. Tempat duduk
  7. Toilet
  8. Layanan penderita cacat
  • Layanan Langsung Komersial
  1. Lapangan parkir kendaraan
  2. Duty Free Shop (bebas pajak, namun hanya terdapat pada bandara Internasional)
  3. Toko
  4. Sewa Kendaraan
  5. Asuransi
  6. Pesanan Hotel
  7. Restoran
  8. Iklan
Di Indonesia banyak terdapat bandar udara, namun tidak semua bandara termasuk dalam kriteria bandara Internasional. Bandara Internasional harus mempunyai 3 kriteria sebagai berikut:
  1. Costum
  2. Immigration
  3. Quarantine
Pengelola dari bandara Adi Sucipto Jogja adalah PT. Angkasa Pura I Yogyakarta.
  1. SEJARAH PT. ANGKASA PURA I DAN BANDARA
1. Berdiri sejak tanggal 20 Februari 1964
2. Masuk jajaran PT. Angkasa Pura I sejak tanggal 1 April 1992 (sebelum menjadi bandara UPT DITJEN PERHUBUNGAN UDARA).
B. PENGELOLA BANDARA DI INDONESIA
1. PT. Angkasa Pura-I
2. PT. Angkasa Pura-II (9-10 bandara), meliputi Cengkareng Utara, Medan, Halim, dan Bandung)
3. Ditjen perhubungan udara
4. Swasta (Perusahaan Minyak)
C. NILAI BUDAYA PERUSAHAAN YANG HARUS DIMILIKI
1. Terpercaya
2. Keramahtamahan
3. Kebersamaan
4. Kewirausahaan yang sesuai dengan budaya setempat
5. Produktif dan responsive
Dan semua nilai budaya ini berlandaskan Good Cooperative Governance.
D. GENERAL MANAGER YANG PERNAH MENJABAT DI BANDARA ADI SUCIPTO JOGJA
  1. Wiranto Tjitrodarjono (KA BANDARA 1964-1975)
  2. Soemarwanto (KA BANDARA 1975-1985)
  3. I. Soenarto (1985-1988)
  4. H. Soelaeman Supratno (1988-1999 April)
  5. H. Sutardjo Wirto Prawiro (Kepala Cabang, MEI 1999-AGUSTUS 2001)
  6. Data hilang






F. WILAYAH KERJA PT. ANGKASA PURA I
  1. Syamsuddin Noor (Banjarmasin)
  2. Sepinggan (Balikpapan)
  3. S.A.M. Ratulangi (Manado)
  4. Frans Kaiseipo ( Biak)
  5. Patimura (Ambon)
  6. El Tari (Kupang)
  7. Hasanuddin (Ujung Pandang)
  8. Selaparang (Lombok)
  9. Ngurah Rai ( Bali)
  10. Juanda (Surabaya)
  11. Adi Sumarmo (Surakarta)
  12. Ahmad Yani (Semarang)
  13. Adi Sucipto (Jogja)
G. STRATEGI BIDANG BANDARA
3. “BANDARA GROWTH” (DPS, SUB, UPG)
Trafik penumpang di atas 3 juta
  • Ekstensifikasi dan diversifikasi
  • High Quality Service
  • Improve Efficiency
2. “BANDARA TAKE OFF” (BPN, JOG)
Trafik penumpang 2 juta s/d 3 juta
  • Intensifikasi dan ekstensifikasi
-      Selective investment
  • Competittive Level of Serving
  • Improve Efficiency
  1. “BANDARA PUSH TO BEP” (BDJ, SRG, AMI, MDC)
Trafik penumpang 500.000 s/d 2 juta
4  “BANDARA LOSS / PSO” (AMQ, SOC, KOE, BLK)
Trafik penumpang di bawah 500 ribu
Bandara Adi Sucipto Jogja berstatus bandara Internasional (Inclave Civil yaitu suatu bandara yang berada di wilayah militer. Kapasitas tempat duduk ruang tunggu adalah 512.
H. FASILITAS YANG TERSEDIA
1. Runway ukuran 2200 X 45 M
Runway adalah fasilitas yang digunakan untuk take off dan landing pesawat.
2. Taxi way
Taxi way adalah tempat yang menghubungkan antara apron dengan runway.
3. Apron untuk 8 pesawat jenis B737
4. Terminal penumpang. Chip room
5. Terowongan atau under pas TMA
6. Gudang Kargo
7. Parkir atau Halaman Parkir (300 cars)
8. Navigasi udara (NDB, VOR, DME, ILS         harus dicek setiap 6 bulan sekali)
  1. PROCEDURES
    1. INTERNASIONAL
-   ICAO (Annexis dan document)
  1. NASIONAL
-  Undang-undang tentang penerbangan No. 1 tahun 2009
-  Peraturan pemerintah
-  Keputusan menteri atau SKB
-  SKEP Ditjen Perhubungan Udara atau direksi
-  Dll.
J. AIRPORT REENUES
1. Aeronautica
- PJP (Pelayanan Jasa Penerbangan)
- PJP2U ( Pelayanan Jasa Penumpang Pesawat Udara)
- PJP4U (Pelayanan Jasa Pendaratan, Penempatan, dan Penyimpanan Pesawat Udara)
- Counter
2. Non Aeronautica
- sewa-sewa
- iklan
- konsesi
- dll.
K. ATS (AIR TRAFFIC SERUS) UNIT
1. AOC (AERODROME CONTROL TOWEL)
2. APP (APPROACH CONTROL OFFICE)
L. SECURITY EQUIPMENT
1. X-Ray
2. Walktrough MD (detektor)
3. Hand Metal Detector
4. Explosive Detector
5. Bomb Blanket
6. Bomb Jacket
7. Air Taser
8. Gas Stickes
9. CCTV
M. FIRE FIGHTING
CATEGORY VII
  1. Water 12.100 Liter
  2. Foam 1.210 Liter (10%)
VEHICLES
  1. Commando car 250 kg DP
Foam Tender =
F-1 = 9000 Liter, F2 = 400 Liter, f3 = 400 Liter
  1. Ambulance
Maksimal waktu response 31 menit
N. PESAWAT UDARA YANG TAKE OFF ATAU LANDING DI BANDARA ADI SUCIPTO JOGJA
1. Garuda Indonesia
2. Lion Air (JT)
3. Wings Air
4. Batavia Air (YG)
5. Mandala Air Lines (RI)
6. Merpati Nusantara (M2)
7. Pelita Air Service (Balikpapan, Jogja, Halim)
8. Air Asia (AK atau OZ)
9. Malaysia
O. Kargo
WARE HOUSING :
  1. Dharma Bandara Mandala
  2. Global Anindya Mataram
P. Flight Routes Direct
Dari atau menuju Jogja yang langsung atau tanpa transit :
  1. Jakarta
  2. Denpasar
  3. Surabaya
  4. Balikpapan
  5. Banjarmasin
  6. Makasar
  7. Batam
  8. Pontianak
  9. Kuala Lumpur
10.  Singapura
Q. GROUND SUPPORT EQUIPMENTS
  1. Aircraft towing tractor
  2. Baggage
  3. Passange boarding stairs
  4. Lavatory service trucks
  5. High Lift Loader
  6. Baggage carts
  7. Catering trucks
  8. Refulling trucks
  9. GPU (Ground Power Unit) and GTC (Gas Turbine Compressor)
R. Passangers Flow Chart
  1. Departing Process International
-         Security check 1
-         Check in (pax and bag)
-         PJP2U (passanger service charge)
-         Fiscal and CIQ Process
-         Security check 2
-         Boarding Lounge or waiting room
-         Boarding process
  1. Arriving Process
-         Passanger deplaning
-         Immigrate Process
-         Baggage Claim
-         Custom and Quarantine Process
-         Hotel Reservasi
-         Taxi or Transport
-         Left Airport
S. GROUND HANDLER
1. PT. GARUDA INDONESIA
2. PT. PRATITHA TITIAN NUSANTARA
3. PT. NATRA ABADI NUGRAHA UTAMA (BATAVIA)
4. KOKA PURA AVIA (LION)
5. PT. JASA ANGKASA SEMESTA
6. PT. INNA ADISUCIPTO CATERING
7. PT. MADAI PRIMA CATERING
8. DPPU PERTAMINA (REFUELER)
T. INSTANSI LAINNYA
1. Karantina (Kesehatan, Ikan, Tumbuh-tumbuhan, hewan).
2. Bea dan Cukai
3. Imigrasi
U. AIRPORT CONCECIONNAIRS
1. Air lines (Ground Handling)
2. Batik Shops
3. Jemelleri Shops
4. Restaurant
5. Painting Shops
6. Souvenirs Shops
7. Hotel Reservasi
Setiap penumpang yang akan menaiki pesawat, harus datang ke bandara paling lambat 30 menit atau satu jam sebelum berangkat. Pesawat udara dibagi menjadi 3 jenis :
  1. Economi class
Setiap penumpang hanya diperbolehkan membawa barang dengan batas maksimum 20 kg.
  1. Business class
Setiap penumpang diperbolehkan membawa barang maksimum 30 kg.
  1. First class (maximum 40 kg)
Jika penumpang ingin membawa barang lebih dari yang telah ditentukan, tetap diperbolehkan. Tetapi penumpang harus membayar sebanyak 1 % dari harga tiket tertinggi per kg.



OLEH:M.TRI AJI SUDRAJAT
           FARRIS ZULFAKHRI







SOEKARNO HATTA INTERNATIONAL AIRPORT

BANDAR UDARA INTERNASIONAL SOEKARNO HATTA
Bandar Udara Internasional Soekarno-Hatta (IATA: CGK, ICAO: WIII) merupakan sebuah bandar udara utama yang melayani kota Jakarta di pulau Jawa, Indonesia. Bandar udara ini diberi nama seperti nama Presiden Indonesia pertama, Soekarno, dan wakil presiden pertama, Muhammad Hatta. Bandar udara ini sering disebut Cengkareng, dan menjadi kode IATA-nya, yaitu CGK.
Letaknya sekitar 20 km barat Jakarta, di Kabupaten Tangerang, Banten. Operasinya dimulai pada1985, menggantikan Bandar Udara Kemayoran (penerbangan domestik) di Jakarta Pusat, dan Halim Perdanakusuma di Jakarta Timur. Bandar Udara Kemayoran telah ditutup, sementara Halim Perdanakusuma masih beroperasi, melayani penerbangan charter dan militer. Terminal 2 dibuka pada tahun 1992.
Soekarno-Hatta memiliki luas 18 km², memiliki dua landasan paralel yang dipisahkan oleh dua taxiway sepanjang 2,400 m. Terdapat dua bangunan terminal utama: Terminal 1 untuk semua penerbangan domestik kecuali penerbangan yang dioperasikan oleh Garuda Indonesia dan Merpati Nusantara Airlines, dan Terminal 2 melayani semua penerbangan internasional juga domestik oleh Garuda dan Merpati.
Setiap bangunan terminal dibagi menjadi 3 concourse. Terminal 1A, 1B dan 1C digunakan (kebanyakan) untuk penerbangan domestik oleh maskapai lokal. Terminal 1A melayani penerbangan oleh Lion Air dan Wings Air. Terminal 1B melayani penerbangan oleh Batavia Air, Kartika Airlines, dan Sriwijaya Air. Sedangkan terminal 1C melayani penerbangan oleh Airfast Indonesia, Indonesia AirAsia, dan Mandala Airlines.
Terminal 2D dan 2E digunakan untuk melayani semua penerbangan internasional maskapai luar. Terminal 2D untuk semua maskapai luar yang dilayani oleh PT Jasa Angkasa Semesta, salah satu kru darat bandara. Terminal 2E untuk maskapai internasional yang dilayani oleh Garuda, termasuk semua penerbangan internasional Garuda dan Merpati. Terminal 2F untuk penerbangan domestik Garuda Indonesia dan Merpati Nusantara Airlines.
Terminal 3 selesai dibangun pada tanggal 15 April 2009. Terminal 3 ini selesai nantinya akan dipergunakan oleh Maskapai penerbangan berbiaya murah dan direncanakan dapat didarati pesawat model Airbus A380.
Bandar udara ini dirancang oleh arsitek Perancis Paul Andreu, yang juga merancang bandar udara Charles de Gaulle di Paris. Salah satu karakteristik besar bandara ini adalah gaya arsitektur lokalnya, dan kebun tropis di antara lounge tempat tunggu. Bagaimanapun, karena perawatannya yang kurang, lokasinya tidak strategis dan pendapatan kurang, bandar udara ini lebih rendah daripada bandara internasional lainnya di daerah itu.
Bandar Udara Internasional Soekarno-Hatta memiliki 150 loket check-in, 30 pengklaiman bagasi dan 42 gerbang. Setiap sub-terminal memiliki 25 loket check-in, 5 pengklaiman bagasi dan 7 gerbang.
Angkasa Pura II sedang merencanakan pembangunan terminal baru dengan fitur desain yang modern. Terminal 3 dibangun untuk maskapai bertarif rendah. Terdapat sebuah rencana besar untuk membangun 5 terminal penumpang + 1 terminal haji dan 4 landasan pacu.
Bandara ini direncanakan akan terhubung dengan Stasiun Manggarai, tetapi rencana ini masih belum jelas nasibnya.
Bandar udara ini membebankan pajak sebesar Rp 100.000 ($9 USD/8 Euro) untuk setiap penumpang internasional dan Rp 30.000 untuk setiap penumpang domestik.
SEJARAH
Antara 19281974Bandar Udara Kemayoran yang ditujukan untuk penerbangan domestik dianggap terlalu dekat dengan basis militer Indonesia, Bandar Udara Halim Perdanakusuma. Penerbangan sipil di area tersebut menjadi sempit, sementara lalu lintas udara meningkat cepat, yang mana mengancam lalu lintas internasional.
Pada awal 1970-an, dengan bantuan USAID, delapan lokasi berpotensi dianalisa untuk bandar udara internasional baru, yaitu Kemayoran, Malaka, Babakan, Jonggol, Halim, Curug, Tangerang Selatan dan Tangerang Utara. Akhirnya, Tangerang Utara dipilih dan ditandai juga Jonggol dapat digunakan sebagai bandara alternatif. Sementara itu, pemerintah memulai upgrade terhadap Bandar Udara Halim Perdanakusumah untuk melayani penerbangan domestik.
Antara 1974-1975, sebuah konsorsium konsultan Kanada mencakup Aviation Planning Services Ltd., ACRESS International Ltd., dan Searle Wilbee Rowland (SWR), memenangkan tender untuk proyek bandara baru. Pembelajaran dimulai pada 20 Februari 1974 dengan total biaya 1 juta Dollar Kanada. Proyek satu tahun tersebut disetujui oleh mitra dari Indonesia yang diwakili oleh PT Konavi. Pada akhir Maret 1975, pembelajaran ini menyetujui rencana pembangunan 3 landasan pacu, jalan aspal, 3 bangunan terminal internasional, 3 terminal domestik dan 1 terminal Haji. Terminal domestik bertingkat tiga dibangun antara 1975-1981 dengan biaya US$465 juta dan sebuah terminal domestik termasuk apron dari 1982-1985 dengan biaya US$126 juta. Sebuah proyek terminal baru, diberi nama Jakarta International Airport Cengkareng (kode: JIA-C), dimulai.
1975 – 1977: Untuk membuka lahan dan mengatur perbatasan provinsi dibutuhkan waktu. Schiphol Amsterdam ditanyai pendapatnya yang mana menurut mereka agak mahal dan overdesign. Biayanya meningkat karena penggunaan sistem desentralisasi. Sistem sentralisasi menjadi yang terbaik.
Tim tersebut masih menggunakan sistem desentralisasi. Sistem awal Bandar Udara Orly West, Lyon Satolas, Hanover-Langenhagen dan Kansas City digunakan karena sederhana dan efektif.
12 November 1976: Undangan Tender kepada konsultan Perancis dengan pemenangnya Aeroport de Paris.
18 Mei 1977: Kontrak akgir ditandatangani antara Pemerintah Indonesia dengan Aeroport de Paris dengan biaya 22,323,203 franc dan Rp 177.156.000 yang ekuivalen dengan 2,100,000 Franc. Waktu yang dibutuhkan untuk pekerjaan tersebut adalah 18 bulan, dan pemerintah menunjuk PT Konavi sebagai mitra lokal.
Hasilnya adalah:
§  2 landasan pacu termasuk taxiway
§  Jalan aspal: 1 di timur, yang lainnya di barat untuk layanan bandara. Jalan barat ditutup untuk publik.
§  3 terminal yang dapat menangani 3 juta penumpang per tahun
§  1 terminal untuk penerbangan internasional dan 2 untuk domestik
§  Kebun di dalam bandara dipilih sebagai gambaran.
20 Mei 1980: Pekerjaan dimulai dengan biaya untuk 4 tahun. Sainraptet Brice, SAE, Colas bersama PT Waskita Karya sebagai pembangun.
1 Desember 1980: Pemerintah Indonesia menandatangani perjanjian senilai Rp 384.8 miliar dengan pembangun. Biaya struktur tersebut mencapai Rp 140.450.513.000 dari APBN, 1,223,457 Franc disumbang oleh Perancis dan US$15,898,251 dari pemerintah.
1 Desember 1984: Bandar udara ini secara fisik selesai.
1 Mei 1985: Terminal kedua dimulai pembangunannya pada 11 Mei 1992. Pada 23 Desember 1986, Kepres No. 64 Tahun 1986 mengenai kontrol udara dan daratan di sekitar Bandar Udara Soekarno-Hatta dikeluarkan.
Statistik Lalu Lintas Penumpang
Tahun
Penumpang
Kargo
(ton)
Pergerakan
Pesawat
2001
11,818,047
281,765
123,540
2002
14,830,994
306,252
144,765
2003
19,702,902
310,131
186,695
2004
26,083,267
322,582
233,501
2005
27,947,482
336,113
241,846
2006
30,863,806
384,050
250,303

MASKAPAI PENERBANGAN

Maskapai Penerbangan Yang Berhenti Beroperasi

§  Adam Air (Balikpapan, Banda Aceh, Bandar Lampung, Banjarmasin, Batam, Bengkulu, Denpasar/Bali, Jambi, Kupang, Makassar, Malang, Manado, Mataram, Medan, Padang, Palembang, Pangkal Pinang, Pekanbaru, Penang, Pontianak, Semarang, Singapore, Solo, Surabaya, Yogyakarta) / Izin penerbangan di cabut
§  Air France (Paris-Charles de Gaulle, Singapore) / Air France telah bergabung dengan KLM
§  Air India (Delhi, Mumbai, Singapore)
§  Ansett Australia (Sydney)
§  Asiana Airlines (Seoul-Gimpo)
§  Balkan (Sofia)
§  British Airways (London-Heathrow)
§  Bouraq Indonesia Airlines (Balikpapan, Banjarmasin, Batam, Bengkulu, Davao, Denpasar/Bali, Kupang, Makassar, Malang, Manado, Mataram, Palembang, Pangkal Pinang, Semarang, Solo, Surabaya, Tarakan, Ternate, Yogyakarta) / Izin penerbangan dicabut
§  Gulf Air (Abu Dhabi, Manama, Muscat)
§  Indonesian Airlines (Balikpapan, Batam, Denpasar/Bali, Dubai, Palembang, Surabaya, Yogyakarta) / Izin penerbangan dicabut
§  Jatayu Airlines (Balikpapan, Batam, Guangzhou, Ipoh, Medan, Pekanbaru, Penang, Singapore, Surabaya, Yogyakarta) / Izin penerbangan dicabut
§  Royal Jordanian (Amman, Kuwait City)
§  Silk Air (Singapore)
§  SriLankan Airlines (Colombo)
§  Star Air (Balikpapan, Denpasar/Bali, Kuala Lumpur, Kupang, Manado, Medan, Pekanbaru, Surabaya) / Izin penerbangan dicabut
§  Swissair (Zurich)
§  Turkish Airlines (Istanbul)

LOUNGE
Terdapat 4 lounge kelas utama dan bisnis di Lounge Transit di area keberangkatan. Jasa Angkasa Semesta (JAS) Lounge, tersedia untuk penumpang kelas utama dan bisnis Qantas, Lufthansa, Gulf Air, EVA Air, Saudi Arabian Airlines, Singapore Airlines dan Cathay Pacific.
Pura Indah Lounge, tersedia untuk penumpang kelas utama dan bisnis Singapore Airlines (hanya kelas utama), KLM, Malaysia Airlines,Cathay Pacific dan China Airlines.
Lounge kelas utama eksekutif Aerowisata Catering Services (ACS), tersedia hanya untuk penumpang internasional Garuda Indonesia. Lounge ini juga menerima pemegang kartu GECC.
Lounge Garuda Indonesia tersedia untuk penumpang domestik kelas utama dan bisnis dan pemegang kartu GECC.

TRANSPORTASI DARAT

Bus

Bus DAMRI tersedia menuju ke pusat kota, termasuk ke stasiun kereta Gambir dan stasiun lain. Juga tersedia bus untuk pindah terminal, dari terminal 1, 2, 3 termasuk juga terminal keberangkatan/kedatangan internasional. Rute rute yang dilayani oleh Bus dari Bandar Udara International Soekarno-Hatta :
§  Damri : Tujuan Bekasi, Blok M, Bogor, Cikarang, Gambir, Kampung Rambutan, Lebak Bulus, Mangga Dua, Pasar Minggu, Rawamangun, Serang, Tanjung Priok.
§  Primajasa : Tujuan Bandung.

Kereta api

Direncanakan mulai tahun 2009, tersedia hubungan rel langsung ke Stasiun Manggarai, Jakarta Selatan.

Taksi

Tersedia banyak taksi, mulai dari Blue Bird Grup (Blue Bird, Pusaka Biru, Pusaka Sentra, Pusaka Nuri, Morante, Silver Bird (VIP), dll), Express Grup (Express, Express VIP), Transcab, Yellow Cab, Celebrity Grup, Mersindo, Golden Taxi, Putera, dll.
Dikenakan biaya surcharge berkisar antara Rp. 9,000 - 11,000 untuk setiap taksi yang keluar dari bandara. Perlu diperhatikan bahwa banyak taksi yang beroperasi tidak menggunakan argo melainkan tawar menawar langsung dengan pengemudinya, pastikan bahwa argo menyala sebelum taksi mulai berjalan untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan.

Sewa Mobil

Banyak pilihan persewaan mobil termasuk TRAC, Hertz, Avis, dan lain-lain.

Taksi Gelap

Taksi gelap yang dioperasikan perorangan juga banyak ditemui ketika keluar dari terminal kedatangan baik domestik maupun internasional. Taksi gelap ini menawarkan harga yang konon lebih murah dibanding dengan taksi resmi, tetapi tentunya belum tentu lebih murah dan tidaklah dianjurkan karena keselamatan tidak terjamin. Tetapi kebanyakan terdapat taksi gelap yang menawarkan tarif belasan bahkan puluhan kali lipat lebih mahal dibandingkan dengan taksi resmi.

GALERI FOTO



























dibuat oleh :
Riano Rachmadi
M. Ibrahim Tito
Januarifqi Bayu Rastrayuda